Dalam kaitannya dengan kegiatan Pemilu, jika dianalogikan, dan bisa saja salah, karakter potrojoyo mewakili pemilih dan gunung sari mengambarkan seorang pemimpin yang akan dipilih. dalam kisah wayang topeng memang hubungan keduanya sangat akrap. Sebagaimana seharusnya hubungan antara pemilih dengan yang akan dipilih.
Potrojoyo juga satu – satu yang wayang topeng yang dapat berbicara, sementara wayang yang lain, bahkan para raja dan pangeran, cukup diwakili oleh sang dalang. Dalam dialognya, potrojoyo sering berinteraksi dengan penonton, para panjak bahkan berdepat dengan dalang. Seorang pembuat topeng di Malang, Aqua, mengatakan “Potro itu ga bisa di atur, bebas sak enake dewe, tapi bijaksana dan menghibur”.
Ada banyak sifat positif potrojoyo yang dapat disampaikan kepada pemilih berkaitan dengan pelaksanaan pemilihan. Misalnya, potrojoyo sebagai satu satunya yang dapat berbicara dapat dianalogikan bahwa dialah, rakyatlah pemilik secara, dia mewakili dirinya sendiri, bukan suara dalang. Semua tokoh wayang topeng tidak dapat berbicara sendiri, dia hanya patuh dan tunduk dengan apa yang dikatakan dalang, namun tidak dengan Potrojoyo.
Mbah potro juga dikenal bijak dan kritis, sering berdebat dan memberi nasehat bendoronya baik panji maupun gunung sari.
Tentu saja potrojoyo temasuk punakawan yang selalu memihak kepada tokoh tokoh yang baik, artinya menjadi pemilih harus selektif tidak sekedar memilih, selalu berusaha memihak kepada kebaikan.
continue...................
Bahan :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar